Selasa, 19 Januari 2010

PESONA AL-QUR’AN DALAM MENGUNGKAP ILMU PENGETAHUAN (MENYIBAK TABIR GUNUNG BERJALAN)

AL-QUR’AN MENYIBAK FENOMENA GUNUNG BERJALAN

Didalam sebuah ayat, kita diberikan sebuah informasi bahwa gunung-gunung itu tidaklah diam sebagai mana yang tampak, akan tetapi mereka (gunung-gunung) terus-menerus bergerak.
” Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”5
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menuliskan bahwa maksud dari ayat ” Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan,” yaitu engkau lihat dia seakan-akan tetap tidak bergerak seperti apa adanya, padahal dia berjalan seperti gerakan awan, yaitu bergerak dari tempat-tempatnya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : ” Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar.”6
Dan maksud dari Firman Allah : ” (begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu,” yaitu Dia melakukan itu dengan ketetapan-Nya yang besar. Dan Maksud dari Firman Allah : ”membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu,” yaitu membuat kokoh setiap apa yang diciptakan-Nya dan meletakkan hikmah-hikmah di dalamnya. Sedangkan maksud dari Firman Allah : ”Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” yaitu Dia mengetahui tentang apa yang dikerjakan hamba-hamba-Nya, baik maupun buruk. Lalu mereka akan dibalas dengan balasan yang sempurna.7
Semakin jelaslah bahwa Al-Qur’an mampu memperlihatkan sebuah bukti nyata tentang ilmu pengetahuan, yang tidak saja sebagai petunjuk dan pedoman hidup umat Muslim saja namun mampu mengahadirkan berbagai fakta tentang berbagai disiplin ilmu
termasuk sebuah fakta tentang penciptaan gunung-gunung dan fenomena gunung berjalan yang baru mampu dimengerti oleh manusia pada awal abad ke-20 yang sebenarnya sudah jauh-jauh hari sekitar 1400 tahun yang lalu Allah telah menguraikannya di dalam Al-Qur’an.
” Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikuitilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” 8


Mengungkapkan kebenaran Al-Qur’an dari sudut pandang Ilmu pengetahuan
Bila pada uraian diatas kita melihat bagaimana Al-Qur’an menyebutkan sebuah fenomena tentang sebuah gunung yang berjalan sebagaimana awan yang bergerak. Maka kita akan mencoba mengkaji dari sudut pandang ilmu pengetahuan bagaimana sebuah gunung dapat berjalan sebagaimana awan yang bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung diatas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20 Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser kearah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memehami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Wegener , bahwa sekitar 500 juta tahun yang lalu seluruh tanah daratan yang ada dipermukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan pangea.
Sekitar 180 juta tahun yang lalu, pangea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masing bergerak kearah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa yang kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya pangea telah bergerak pada permukaan bumi secara terus menerus sejauh beberapa sentimeter pertahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di bumi.
Pergerakan kerak bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini terjadi sebagai berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enem lempengan utama dan beberapa lempengan kecil. Menurut sebuah teori yang bernama tektonik lempeng, lempeng-lempeng ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar laut bersamanya.
Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm pertahun. Lempengan-lempengan tersebut terus menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, samudra Atlantic menjadi sedikit lebih lebar.9
Ada sebuah hal penting yang perlu kita kemukakan disini: Allah menjelaskan kepada kita di dalam Al-Qur’an bagaimana gunung-gunung itu bergerak sebagaimana mengapungnya awan.
Dan ternyata istilah tersebut juga digunakan oleh Ilmuwan modern degan menggunakan istilah ”gerakan pengapungan benua” atau lebih dikenal dengan istilah ”continental drift” dalam teori/gerakan benua ini.
Dan ternyata tidak diragukan lagi, adalah salah satu keajaiban Al-Qur’an bahwa ayat-ayatnya yang berasal dari firman Allah mengungkapkan banyak sekali ilmu pengetahuan yang salah satunya kita bahas pada makalah ini. Dan sebuah keajaiban terlihat ketika para Ilmuwan modrn mengungkapkan sebuah fakta ilmiah ternyata telah lama dinyatakan di dalam Al-Qur’an. Dan semakin membuktikan kepada manusia kebenaran Al-Qur’an, karena semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi dan berkembangnya zaman ternyata semakin terungkaplah pesona dan kebenaran firman-firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan bukan malah mengalami kemunduran.


Kaitan Ilmu Pengetahuan Terhadap Pendidikan
Perkataan ”ilmu” di sini bermakna semua cabang pengetahuan tanpa mengecualikan salah satu diataranya. Ia mencakup studi yang berhubungan dengan alam semesta serta subjek yang ada kaitannya dengan itu, termasuk di dalamnya ilmu-ilmu pengetahuan modern seperti biologi, kimia, fisika, astronomi dan geologi. Kitab suci Al-Qur’an, tak ayal lagi, mengangkat harkat dari ilmu-ilmu tersebut, dan mendorong manusia agar mempelajarinya untuk kepentingan bersama.10
Namun sudah tentu Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab ilmu pengetahuan. Tetapi, banyak fakta ilmu pengetahuan yang dinyatakan secara jelas dan dengan cara yang amat mendasar dalam ayat-ayatnya yang hanya mampu disingkap melalui kecanggihan teknologi abad ke-20. semua fakta ini tidak diketahui pada saat penurunan wahyu dan ini juga merupakan bukti bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan.11
Dari kutipan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Al-Qur’an dengan ayat-ayatnya yang mengandung dasar-dasar bagi ilmu pengetahuan yang secara luas mengangkat berbagai macam ilmu-ilmu pengetahuan yang tersirat dalam Al-Qur’an itu sendiri yang semakin mampu dijelaskan ketika teknologi dan zaman semakin berkembang. Namun tetap saja Al-Qur’an bukan dikatakan sebagai kitab ilmu
pengetahuan walau di dalamnya tersimpan berbagai macam ilmu pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, jelas pencapaian dalam ilmu pengetahuan akan senantiasa terkait pada pendidikan. Karena materi pendidikan yang ada saat ini merupakan kajian yang mendalam dari sebuah pengetahuan ilmiah. Pada hakikatnya, bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu pengetahuan, dan jadi pelopor pemberi kedudukan terhormat kepada ilmu pengetahuan, yang pada akhirnya menjadi sebuah bentuk pengajaran berupa pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dari ayat yang pertama kali turun yang berbunyi demikian:

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-’Alaq: 1-5)

Huruf ’ba’ pada kalimat bismi rabbika adalah harf jarr yang memiliki dua artikulasi: yaitu (1) sebagai tambahan (zaidah) yang terjemah maupun maknanya sama dengan tanpa ’ba’. Iqra bismi rabbika ”bacalah dengan nama Tuhanmu”. Tampaknya, ada konsep ba zaidah ini diikuti. (2) bahwa obyek yang harus dibaca Rasulullah saw. Itu ialah Al-Qur’an, karena dalam A-Qur’an term al-qira’ah selalu digunakan untuk membaca Al-Qur’an itu sendiri. Disisi lain, ada suatu kaidah yang menyatakan bahwa suatu kata dalam susunan redaksi yang tidak disebutkan obyeknya, maka arti kata tersebut dan obyeknya bersifat umum, meliputi segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Maka dari sisi ini dapat di simpulkan bahwa: a) al-qira’ah tidak berarti hanya membaca, melainkan termasuk didilamnya arti menyampaikan, menelaah, meneliti, dan sebagainya.

b) obyek dari kata tersebut meliputi segala sesuatu yang dapat dijangkau, baik berupa bacaan suci. Term qur’any yang berarti bacaan khusus terhadap ayat-ayat suci adalah al-Tilawat.12
Sudah jelaslah bahwa ilmu pengetahuan memiliki kaitan yang erat pada pendidikan. Bila kita lihat tafsir ayat di atas yang menjelaskan bahwa ayat tersebut bisa bermakna membaca, menyampaikan menelaah, meneliti dan sebagainya. Sehingga secara sederhana dapat kita maknai, setelah seseorang membaca, menelaah dan meneliti sesuatu pengetahuan yang dapat dibuktikan kebenarannya, maka dia dituntut untuk menyampaikan apa yang didapatnya dari kegiatan membaca, menelaah, dan meneliti sesuatu. Dan proses penyampaian tersebut dinamakan dengan proses pendidikan.


KESIMPULAN

Al-Qur’an yang berisi Firman-Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW ternyata banyak sekali mengandung ilmu pengetahuan, yang bila dikaji lebih dalam mampu memberikan sebuah kenyataan yang luar biasa tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang tentu saja Al-Qur’an dengan segala kebenaran yang terkandung didalamnya tidak serta-merta dikatakan sebagai kitab ilmu pengetahuan tapi lebih dari itu Al-Qur’an tetap sebuah pedoman yang mampu memperbaiki kehidupan manusia seutuhnya.
” Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”13
Dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi bukan menjadikan Al-Qur’an mengalami kemunduran tetapi semakin nyata kebenaran yang terkandung di dalamnya.
” Dan katakanlah, Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.”14

Melalui kajian fakta ilmiah ternyata benarlah bahwa Allah menjadikan gunung berjalan seperti berjalannya (mengapung) awan. Dan istilah itupun dipakai oleh ilmuwan moderen dengan istilah ”pengapungan benua” atau ”continental drift” yang terjadi akibat adanya teori tektonik lempeng.
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ”ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”15
Dari fakta yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan modern tentang genung yang berjalan ternyata sejak lama telah dikabarkan di dalam Al-Qur’an sejak kurang lebih 1400 tahun yang lalu. Dari ayat tersebut telah dikatakan bahwa gunung-gunung itu berjalan sebagaimana awan yang berjalan. Sebagai mana yang telah di tafsirkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat ini, beliau menuliskan bahwa ”engakau melihat dia (gunung-gunung) seakan-akan tetap tidak bergerak seperti apa adanya, padahal dia berjalan seperti gerakan awan, yaitu bergerak dari tempat-tempatnya.”
Banyak sekali berbagai ilmu pengetahuan yang dapat kita kaji lebih dalam di dalam Al-Qur’an. Walaupun demikian Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tapi lebih agung dari pada itu. Al-Qur’an tetaplah sebuah petunjuk dan pedoman yang paling mulia bagi manusia dan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT.
Sudah jelaslah bahwa ilmu pengetahuan memiliki kaitan yang erat pada pendidikan. Bila kita lihat tafsir ayat di atas yang menjelaskan bahwa ayat tersebut bisa bermakna membaca, menyampaikan menelaah, meneliti dan sebagainya. Sehingga secara sederhana dapat kita maknai, setelah seseorang membaca, menelaah dan meneliti sesuatu pengetahuan yang dapat dibuktikan kebenarannya, maka dia dituntut untuk menyampaikan apa yang didapatnya dari kegiatan membaca, menelaah, dan meneliti sesuatu. Dan proses penyampaian tersebut dinamakan dengan proses pendidikan.

1 komentar:

  1. Maha besar Allah dengan segala firmannya, yang menuntun manusia untuk hidup lebih baik. Terimakasih artikelnya yang sejalan dengan kejadian2 alam di Indonesia saat ini, gunung merapi, gempa, Tsunami dan bencana alam alainnya.

    BalasHapus