Selasa, 25 Mei 2010

Dari Mana Asal Madu

Dari illustrasi anatomi lebah diatas kita dapat segera tahu bahwa meskipun madu dikeluarkan dari perut lebah (di dalam Al Qur’an disebutkan di Surat An Nahl Ayat 69 ”….Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya…”), namun ternyata madu ditempatkan di tempat khusus dalam perut lebah yang disebut perut madu (honey stomach, honey sac atau crop) yang terpisah dari perut besar lebah (large intestine atau stomach). Di dalam perut madu tersebutlah proses penguraian gula komplek (disakarida) diubah menjadi gula sederhana atau mono sakarida.

Sering terjadi kesalah pahaman di masyarakat seolah madu adalah kotoran lebah karena berasal dari perut lebah. Madu bukanlah kotoran lebah meskipun dalam prosesnya melalui perut lebah. Honey sac yang berada di perut lebah sebenarnya lebih merupakan tempat penyimpanan khusus untuk madu selama perjalanan lebah pekerja dari tempat pengambilan nectar sampai ke sarangnya. Selanjutnya nectar yang mayoritas berupa gula disakarida dalam bentuk sukrosa mengalami proses fisika dan kimia sekaligus selama perjalanannya di perut lebah dan dilanjutkan di sarang lebah.
Nectar yang diambil dari bunga-bunga tanaman mengandung gula dan kadar air yang tinggi (sekitar 60%), untuk menjadi madu kadar air ini harus diturunkan secara significant menjadi sekitar 20 % atau bahkan lebih rendah lagi. Proses fisika penurunan kadar air ini mulai terjadi pada saat lebah menjulurkan lidahnya (proboscis) untuk memindahkan Madu sedikit demi sedikit dari dalam perut madu (honey sac) ke sarang lebah. Didalam sarang lebah kadar air terus diturunkan lebih lanjut dengan laju penurunan yang lebih tinggi melalui putaran sayap-sayap lebah yang terus menerus mensirkulasikan hawa hangat ke seluruh ruangan dalam sarang lebah.


Proses kimia dari nectar menjadi Madu terjadi di dalam perut lebah ketika enzym invertase mengubah sukrosa (disakarida) menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya merupakan monosakarida seperti ditunjukkan di ilustrasi di samping.

Selasa, 19 Januari 2010

MUKJIZAT ALLAH

Mukjizat Allah, tanda 99 (Asmaul Husna) pada telapak tangan anda

– Tahukah sahabat, garis utama kedua telapak tangan kita, (lihat attachment), bertuliskan dalam angka Arab yaitu :
|/\ pada telapak tangan kanan, artinya : 18
dan /\| pada telapak tangan kiri, artinya : 81

Jika kedua angka ini dijumlahkan, 18+81 = 99
99 adalah jumlah nama/sifat Allah, Asmaul Husna yang terdapat dalam Al-Quran !

Bila 18 dan 81 ini dirangkaikan, maka terbentuk angka 1881.
Angka ini adalah angka kelipatan 19 yang ke-99 !
( 19 x 99 = 1881 )

Seperti diketahui angka 19 adalah fenomena tersendiri dalam Al-Quran, yang merupakan bukti kemukjizatan al-Quran.

– Tahukah anda, bahwa ruas-ruas tulang jari (tapak tangan maupun telapak kaki) anda, terkandung jejak-jejak nama Allah, tuhan yang sebenar pencipta alam semesta ini. Kalau nggak percaya bisa didemonstrasikan. Silakan perhatikan salah satu tapak tangan anda (bisa kanan bisa kiri). Perhatikan lagi dengan seksama:

jari kelingking ==> membentuk huruf alif
jari manis, jari tengah, & jari telunjuk ==> membentuk huruf lam (double)
jari jempol (ibu jari) ==> membentuk huruf ha’

Jadi jika digabung, maka bagi anda yang mengerti huruf Arab akan mendapati bentuk tapak tangan itu bisa dibaca sebagai Allah (dalam bahasa Arab).

Maka benarlah firman Allah SWT :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” QS. Fushshilat 41:53


PESONA AL-QUR’AN DALAM MENGUNGKAP ILMU PENGETAHUAN (MENYIBAK TABIR GUNUNG BERJALAN)

AL-QUR’AN MENYIBAK FENOMENA GUNUNG BERJALAN

Didalam sebuah ayat, kita diberikan sebuah informasi bahwa gunung-gunung itu tidaklah diam sebagai mana yang tampak, akan tetapi mereka (gunung-gunung) terus-menerus bergerak.
” Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”5
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menuliskan bahwa maksud dari ayat ” Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan,” yaitu engkau lihat dia seakan-akan tetap tidak bergerak seperti apa adanya, padahal dia berjalan seperti gerakan awan, yaitu bergerak dari tempat-tempatnya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : ” Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar.”6
Dan maksud dari Firman Allah : ” (begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu,” yaitu Dia melakukan itu dengan ketetapan-Nya yang besar. Dan Maksud dari Firman Allah : ”membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu,” yaitu membuat kokoh setiap apa yang diciptakan-Nya dan meletakkan hikmah-hikmah di dalamnya. Sedangkan maksud dari Firman Allah : ”Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” yaitu Dia mengetahui tentang apa yang dikerjakan hamba-hamba-Nya, baik maupun buruk. Lalu mereka akan dibalas dengan balasan yang sempurna.7
Semakin jelaslah bahwa Al-Qur’an mampu memperlihatkan sebuah bukti nyata tentang ilmu pengetahuan, yang tidak saja sebagai petunjuk dan pedoman hidup umat Muslim saja namun mampu mengahadirkan berbagai fakta tentang berbagai disiplin ilmu
termasuk sebuah fakta tentang penciptaan gunung-gunung dan fenomena gunung berjalan yang baru mampu dimengerti oleh manusia pada awal abad ke-20 yang sebenarnya sudah jauh-jauh hari sekitar 1400 tahun yang lalu Allah telah menguraikannya di dalam Al-Qur’an.
” Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikuitilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” 8


Mengungkapkan kebenaran Al-Qur’an dari sudut pandang Ilmu pengetahuan
Bila pada uraian diatas kita melihat bagaimana Al-Qur’an menyebutkan sebuah fenomena tentang sebuah gunung yang berjalan sebagaimana awan yang bergerak. Maka kita akan mencoba mengkaji dari sudut pandang ilmu pengetahuan bagaimana sebuah gunung dapat berjalan sebagaimana awan yang bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung diatas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20 Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser kearah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memehami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana yang pernah dikemukakan oleh Wegener , bahwa sekitar 500 juta tahun yang lalu seluruh tanah daratan yang ada dipermukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan pangea.
Sekitar 180 juta tahun yang lalu, pangea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masing bergerak kearah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa yang kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya pangea telah bergerak pada permukaan bumi secara terus menerus sejauh beberapa sentimeter pertahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di bumi.
Pergerakan kerak bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini terjadi sebagai berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enem lempengan utama dan beberapa lempengan kecil. Menurut sebuah teori yang bernama tektonik lempeng, lempeng-lempeng ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar laut bersamanya.
Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm pertahun. Lempengan-lempengan tersebut terus menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, samudra Atlantic menjadi sedikit lebih lebar.9
Ada sebuah hal penting yang perlu kita kemukakan disini: Allah menjelaskan kepada kita di dalam Al-Qur’an bagaimana gunung-gunung itu bergerak sebagaimana mengapungnya awan.
Dan ternyata istilah tersebut juga digunakan oleh Ilmuwan modern degan menggunakan istilah ”gerakan pengapungan benua” atau lebih dikenal dengan istilah ”continental drift” dalam teori/gerakan benua ini.
Dan ternyata tidak diragukan lagi, adalah salah satu keajaiban Al-Qur’an bahwa ayat-ayatnya yang berasal dari firman Allah mengungkapkan banyak sekali ilmu pengetahuan yang salah satunya kita bahas pada makalah ini. Dan sebuah keajaiban terlihat ketika para Ilmuwan modrn mengungkapkan sebuah fakta ilmiah ternyata telah lama dinyatakan di dalam Al-Qur’an. Dan semakin membuktikan kepada manusia kebenaran Al-Qur’an, karena semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi dan berkembangnya zaman ternyata semakin terungkaplah pesona dan kebenaran firman-firman Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan bukan malah mengalami kemunduran.


Kaitan Ilmu Pengetahuan Terhadap Pendidikan
Perkataan ”ilmu” di sini bermakna semua cabang pengetahuan tanpa mengecualikan salah satu diataranya. Ia mencakup studi yang berhubungan dengan alam semesta serta subjek yang ada kaitannya dengan itu, termasuk di dalamnya ilmu-ilmu pengetahuan modern seperti biologi, kimia, fisika, astronomi dan geologi. Kitab suci Al-Qur’an, tak ayal lagi, mengangkat harkat dari ilmu-ilmu tersebut, dan mendorong manusia agar mempelajarinya untuk kepentingan bersama.10
Namun sudah tentu Al-Qur’an bukanlah sebuah kitab ilmu pengetahuan. Tetapi, banyak fakta ilmu pengetahuan yang dinyatakan secara jelas dan dengan cara yang amat mendasar dalam ayat-ayatnya yang hanya mampu disingkap melalui kecanggihan teknologi abad ke-20. semua fakta ini tidak diketahui pada saat penurunan wahyu dan ini juga merupakan bukti bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan.11
Dari kutipan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Al-Qur’an dengan ayat-ayatnya yang mengandung dasar-dasar bagi ilmu pengetahuan yang secara luas mengangkat berbagai macam ilmu-ilmu pengetahuan yang tersirat dalam Al-Qur’an itu sendiri yang semakin mampu dijelaskan ketika teknologi dan zaman semakin berkembang. Namun tetap saja Al-Qur’an bukan dikatakan sebagai kitab ilmu
pengetahuan walau di dalamnya tersimpan berbagai macam ilmu pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, jelas pencapaian dalam ilmu pengetahuan akan senantiasa terkait pada pendidikan. Karena materi pendidikan yang ada saat ini merupakan kajian yang mendalam dari sebuah pengetahuan ilmiah. Pada hakikatnya, bagian permulaan dari wahyu menjadi pertanda bagi fajar ilmu pengetahuan, dan jadi pelopor pemberi kedudukan terhormat kepada ilmu pengetahuan, yang pada akhirnya menjadi sebuah bentuk pengajaran berupa pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dari ayat yang pertama kali turun yang berbunyi demikian:

”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-’Alaq: 1-5)

Huruf ’ba’ pada kalimat bismi rabbika adalah harf jarr yang memiliki dua artikulasi: yaitu (1) sebagai tambahan (zaidah) yang terjemah maupun maknanya sama dengan tanpa ’ba’. Iqra bismi rabbika ”bacalah dengan nama Tuhanmu”. Tampaknya, ada konsep ba zaidah ini diikuti. (2) bahwa obyek yang harus dibaca Rasulullah saw. Itu ialah Al-Qur’an, karena dalam A-Qur’an term al-qira’ah selalu digunakan untuk membaca Al-Qur’an itu sendiri. Disisi lain, ada suatu kaidah yang menyatakan bahwa suatu kata dalam susunan redaksi yang tidak disebutkan obyeknya, maka arti kata tersebut dan obyeknya bersifat umum, meliputi segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut. Maka dari sisi ini dapat di simpulkan bahwa: a) al-qira’ah tidak berarti hanya membaca, melainkan termasuk didilamnya arti menyampaikan, menelaah, meneliti, dan sebagainya.

b) obyek dari kata tersebut meliputi segala sesuatu yang dapat dijangkau, baik berupa bacaan suci. Term qur’any yang berarti bacaan khusus terhadap ayat-ayat suci adalah al-Tilawat.12
Sudah jelaslah bahwa ilmu pengetahuan memiliki kaitan yang erat pada pendidikan. Bila kita lihat tafsir ayat di atas yang menjelaskan bahwa ayat tersebut bisa bermakna membaca, menyampaikan menelaah, meneliti dan sebagainya. Sehingga secara sederhana dapat kita maknai, setelah seseorang membaca, menelaah dan meneliti sesuatu pengetahuan yang dapat dibuktikan kebenarannya, maka dia dituntut untuk menyampaikan apa yang didapatnya dari kegiatan membaca, menelaah, dan meneliti sesuatu. Dan proses penyampaian tersebut dinamakan dengan proses pendidikan.


KESIMPULAN

Al-Qur’an yang berisi Firman-Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW ternyata banyak sekali mengandung ilmu pengetahuan, yang bila dikaji lebih dalam mampu memberikan sebuah kenyataan yang luar biasa tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang tentu saja Al-Qur’an dengan segala kebenaran yang terkandung didalamnya tidak serta-merta dikatakan sebagai kitab ilmu pengetahuan tapi lebih dari itu Al-Qur’an tetap sebuah pedoman yang mampu memperbaiki kehidupan manusia seutuhnya.
” Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”13
Dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi bukan menjadikan Al-Qur’an mengalami kemunduran tetapi semakin nyata kebenaran yang terkandung di dalamnya.
” Dan katakanlah, Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.”14

Melalui kajian fakta ilmiah ternyata benarlah bahwa Allah menjadikan gunung berjalan seperti berjalannya (mengapung) awan. Dan istilah itupun dipakai oleh ilmuwan moderen dengan istilah ”pengapungan benua” atau ”continental drift” yang terjadi akibat adanya teori tektonik lempeng.
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ”ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”15
Dari fakta yang telah dibuktikan oleh para ilmuwan modern tentang genung yang berjalan ternyata sejak lama telah dikabarkan di dalam Al-Qur’an sejak kurang lebih 1400 tahun yang lalu. Dari ayat tersebut telah dikatakan bahwa gunung-gunung itu berjalan sebagaimana awan yang berjalan. Sebagai mana yang telah di tafsirkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat ini, beliau menuliskan bahwa ”engakau melihat dia (gunung-gunung) seakan-akan tetap tidak bergerak seperti apa adanya, padahal dia berjalan seperti gerakan awan, yaitu bergerak dari tempat-tempatnya.”
Banyak sekali berbagai ilmu pengetahuan yang dapat kita kaji lebih dalam di dalam Al-Qur’an. Walaupun demikian Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tapi lebih agung dari pada itu. Al-Qur’an tetaplah sebuah petunjuk dan pedoman yang paling mulia bagi manusia dan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT.
Sudah jelaslah bahwa ilmu pengetahuan memiliki kaitan yang erat pada pendidikan. Bila kita lihat tafsir ayat di atas yang menjelaskan bahwa ayat tersebut bisa bermakna membaca, menyampaikan menelaah, meneliti dan sebagainya. Sehingga secara sederhana dapat kita maknai, setelah seseorang membaca, menelaah dan meneliti sesuatu pengetahuan yang dapat dibuktikan kebenarannya, maka dia dituntut untuk menyampaikan apa yang didapatnya dari kegiatan membaca, menelaah, dan meneliti sesuatu. Dan proses penyampaian tersebut dinamakan dengan proses pendidikan.

KETIKA LANGIT BERWARNA MERAH MAWAR - Tafsir Surat Ar Rahman (55) ayat



Ini gambar yang dijadikan rujukan sebagai tafsir dari salah satu ayat dari surat Ar-Rahman:
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
Dikatakan bahwa gambar ini, yang merupakan hasil tangkapan dari Teleskop ruang angkasa Hubble, menunjukkan bahwa jika nanti bintang meledak, maka hasilnya adalah warna merah seperti mawar. Bahkan dalam beberapa email yang beredar, dinyatakan bahwa seharusnya gambar ini, - sebuah nebula -, seharusnya dinamai 'Oily Red Rose Nebula' (Nebula Mawar Merah yang Berkilap).


Ini gambar yang sama dengan skema warna yang lain. Warna ini lebih mendekati warna kalau dilihat dengan mata. Astronomer memberi nama benda angkasa ini Cat's Eye Nebula (Nebula Mata Kucing), karena memang warnanya yang hijau dan bentuknya yang bulat seperti mata kucing.
Nah, jadi gimana nih? Merah atau Hijau, warnanya???


Astronomer biasanya "mewarnai" hasil "tangkapan" mereka dengan warna-warna yang bermakna khusus untuk menganalisa komposisi atau struktur dari benda angkasa. Misalnya, pada gambar ini, biru adalah warna untuk pendaran atom Oksigen.
Cukuplah, menurut saya, gambar ini membuktikan kebesaran Allah, dalam artian bahwa bintang-bintang nantinya akan dihancurkan. Matahari kita juga akan menemui ajalnya kelak. Mungkin dengan ledakan hebat seperti Nebula di atas. Ledakannya, boleh jadi akan melumat bumi dan isinya. Dan hal tersebut merupakan perkara kecil dan mudah bagi Allah. Tetapi tentunya, bukan bukti atas tafsir ayat 37 surat Ar Rahman tersebut.

LEBAH MADU AHLI MATEMATIKA


Di antara makhluk paling memukau di alam ini adalah lebah madu,
makhluk mungil yang menghidangkan kita sebuah minuman yang sempurna, yaitu madu yang dihasilkannya.

Lebih Hebat dari Ahli Matematika

Lebah madu hidup sebagai koloni dalam sarang yang mereka bangun dengan sangat teliti. Dalam tiap sarang terdapat ribuan kantung berbentuk heksagonal atau segi enam yang dibuat untuk menyimpan madu. Tapi, pernahkah kita berpikir, mengapa mereka membuat kantung-kantung dengan bentuk heksagonal?

Para ahli matematika mencari jawaban atas pertanyaan ini, dan setelah melakukan perhitungan yang panjang dihasilkanlah jawaban yang menarik! Cara terbaik membangun gudang simpanan dengan kapasitas terbesar dan menggunakan bahan bangunan sesedikit mungkin adalah dengan membuat dinding berbentuk heksagonal.
Mari kita bandingkan dengan bentuk-bentuk yang lain. Andaikan lebah membangun kantung-kantung penyimpan tersebut dalam bentuk tabung, atau seperti prisma segitiga, maka akan terbentuk celah kosong di antara kantung satu dan lainnya, dan lebih sedikit madu tersimpan di dalamnya. Kantung madu berbentuk segitiga atau persegi bisa saja dibuat tanpa meninggalkan celah kosong. Tapi di sini, ahli matematika menyadari satu hal terpenting. Dari semua bentuk geometris tersebut, yang memiliki keliling paling kecil adalah heksagonal. Karena alasan inilah, walaupun bentuk-bentuk tersebut menutupi luasan areal yang sama, material yang diperlukan untuk membangun bentuk heksagonal lebih sedikit dibandingkan dengan persegi atau segitiga. Singkatnya, suatu kantung heksagonal adalah bentuk terbaik untuk memperoleh kapasitas simpan terbesar, dengan bahan baku lilin dalam jumlah paling sedikit.

Hal lain yang mengagumkan tentang lebah madu ini adalah kerjasama di antara mereka dalam membangun kantung-kantung madu ini. Bila seseorang mengamati sarang lebah yang telah jadi, mungkin ia berpikir bahwa rumah tersebut terbangun sebagai blok tunggal. Padahal sebenarnya, lebah-lebah memulai membangun rumahnya dari titik yang berbeda-beda. Ratusan lebah menyusun rumahnya dari tiga atau empat titik awal yang berbeda. Mereka melanjutkan penyusunan bangunan tersebut sampai bertemu di tengah-tengah. Tidak ada kesalahan sedikitpun pada tempat di mana mereka bertemu.

Lebah juga menghitung besar sudut antara rongga satu dengan lainnya pada saat membangun rumahnya. Suatu rongga dengan rongga di belakangnya selalu dibangun dengan kemiringan tiga belas derajat dari bidang datar. Dengan begitu, kedua sisi rongga berada pada posisi miring ke atas. Kemiringan ini mencegah madu agar tidak mengalir keluar dan tumpah.

Berkomunikasi dengan Menari

Untuk mengisi kantung-kantung ini dengan madu, lebah harus mengumpulkan nektar, yakni cairan manis pada bunga. Ini adalah tugas yang sangat berat. Penelitian ilmiah terkini mengungkapkan bahwa untuk memproduksi setengah kilogram madu, lebah harus mengunjungi sekitar empat juta kuntum bunga. Mendapatkan bunga-bunga ini pun adalah pekerjaan berat tersendiri. Oleh karenanya, koloni lebah memiliki sejumlah lebah pemandu dan lebah pencari makan.

Bagaimana lebah pencari makan menemukan bunga di wilayah yang begitu luas dibanding ukuran tubuh mereka?
Bagaimana mereka menemukan jalan kembali ke sarang tanpa tersesat? Bagaimana mereka memberitahu lebah-lebah lain tentang arah sumber bunga? Tatkala kita berusaha menjawab beragam pertanyaan ini, kita akan sampai pada kenyataan yang sungguh menakjubkan.
Ketika seekor lebah telah menemukan sumber bunga, maka tugas berikutnya dari lebah pemandu ini adalah untuk kembali ke sarang dan memberitahu lebah-lebah lain tentang lokasi di mana ia menemukan kumpulan bunga tersebut. Segera setelah lebah pemandu kembali ke sarangnya, ia mulai memberitahukan lokasi sumber bunga yang ia temukan kepada lebah-lebah lain. Pertama, ia membiarkan lebah-lebah lain mencicipi sedikit nektar yang ia kumpulkan dari bunga untuk memberitahu mereka tentang kualitas nektar tersebut. Lalu ia memulai tugas utamanya, yakni menjelaskan arah menuju sumber bunga. Ia melakukan ini dengan cara yang sangat unik, yaitu dengan tarian. Lebah pemandu mulai menari di tengah-tengah sarang dengan menggoyangkan badannya. Sulit dipercaya, tapi gerakan dalam tarian ini memberikan lebah-lebah lain informasi tentang lokasi sumber bunga. Misalnya, jika tarian berupa garis lurus ke arah bagian atas sarang, maka sumber makanan tepat mengarah ke arah matahari. Jika bunga berada pada arah sebaliknya, lebah akan membuat garis ke arah tersebut. Jika lebah menari ke arah kanan, maka ini menunjukkan bahwa sumber bunga berada tepat sembilan puluh derajat ke arah kanan.
Tetapi ada satu pertanyaan, lebah menjelaskan arah tersebut berdasarkan posisi matahari, padahal posisi matahari terus berubah. Setiap empat menit matahari bergeser satu derajat ke barat, faktor yang mungkin menurut anggapan orang diabaikan lebah dalam penentuan arah ini. Tapi, pengamatan menunjukkan bahwa lebah-lebah ini juga memperhitungkan pergerakan matahari. Ketika lebah pemandu memberitahu arah lokasi bunga, dalam setiap empat menit, sudut yang mereka beritahukan juga bertambah satu derajat ke barat. Berkat perhitungan yang luar biasa ini, para lebah tidak pernah tersesat.

Lebah pemandu tak hanya menunjukkan arah sumber bunga, tetapi juga jarak ke tempat tersebut. Lama waktu tarian dan jumlah getaran memberi petunjuk kepada lebah-lebah lain tentang jarak ini secara akurat. Mereka membawa perbekalan sari-sari makanan yang sekedar cukup untuk menempuh jarak ini, dan kemudian memulai perjalanan.

Perilaku mengagumkan dari para lebah ini telah diuji dalam sebuah penelitian di California. Dalam penelitian ini, tiga wadah berisi air gula diletakkan di tiga tempat yang berbeda. Sesaat kemudian, lebah-lebah pemandu menemukan sumber makanan tersebut. Lebah pemandu yang mendatangi wadah pertama diberi tanda titik; yang mendatangi wadah kedua ditandai dengan garis, dan yang mendatangi wadah ketiga diberi tanda silang. Beberapa menit kemudian, lebah-lebah dalam sarang tampak mengamati dengan cermat para lebah pemandu ini. Para ilmuwan lalu memberi tanda titik pada lebah-lebah yang mengamati lebah pemandu bertanda titik, dan demikian halnya, mereka juga memberi lebah-lebah lain tanda yang sama dengan yang ada pada lebah pemandu yang mereka amati. Beberapa menit kemudian, lebah-lebah bertanda titik mendatangi wadah pertama, yang bertanda garis tiba di wadah kedua dan yang bertanda silang di wadah ketiga. Jadi, terbukti bahwa lebah-lebah dalam sarang menemukan arah berdasarkan informasi yang sebelumnya telah disampaikan oleh lebah-lebah pemandu.

Segala fakta ini hendaknya direnungkan dengan seksama. Dari mana lebah-lebah memperoleh kemampuan berorganisasi yang menakjubkan? Bagaimana seekor serangga mungil yang tak memiliki kecerdasan atau sarana berpikir mampu bertugas sebagai pencari makanan? Bagaimana ia dapat berpikir untuk mencari sumber makanan dan kemudian memberitahukannya kepada rekan-rekan sesarangnya? Bahkan jika ia dianggap mampu memikirkannya, bagaimana ia dapat menciptakan tarian untuk memberitahu yang lain tentang lokasi dan jarak sumber makanan? Bagaimana lebah-lebah dalam sarang mampu memahami arti gerakan dan getaran rumit dari lebah-lebah pemandu ?
Teori Evolusi Darwin yang mengklaim bahwa kehidupan di bumi terjadi secara kebetulan, tak mampu menjawab beragam pertanyaan ini. Segala keahlian khusus lebah ini menunjukkan bahwa Penciptanya telah memberikan semua sifat ini kepada mereka.
Allah menciptakan, dan mengilhami mereka untuk melakukan pekerjaan mereka. Fakta ini dinyatakan dalam Al Quran : Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan, bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl, 16: 68-69)